Hari Pendidikan Nasional di Tengah Pandemi Covid-19, Saatnya Refleksi

Hari Pendidikan Nasional di Tengah Pandemi Covid-19, Saatnya Refleksi
SHARE

Prabangkaranews.com – Pacitan – Tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Hari kelahiran Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara, jangan hanya rangkaian rutinitas.  Seharusnya momentum Hari Pendidikan Nasional  dijadikan tonggak untuk  mengukur kualitas pendidikan di Indonesia.  Bagaimana pendidikan sudah dinikmati oleh semua Warga Negara ?

Merujuk dari berbagai pernyataan ahli pendidikan di berbagai media sosial baik fb, twitter, istagram, website yaitu memberikan akses pendidikan bagi semua putra putri Indonesia secara berkeadilan.  Semua putri-putri seluruh Indonesia diberikan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk pendidikan.  Program yang direncanakan tidaklah mudah untuk implementasikan di Lapangan perlu kemampuan komunikasi multikultural.  Komunikasi yang didasarkan pada Bangsa Indonesia merupakan masyarakat Multikultural yang terdiri dari berbagai suku, ras, agama, kelas sosial, gender.

Apalagi di tengah  pandemic Covid-19 dijadikan sarana kita untuk refleksi diri.  Bukan saat kita untuk berdebat namun kita harus akui bahwa untuk mewujudkan semua itu dibutuhkan sebuah consensus bersama semua kelompok masyarakat, ras, suku bangsa, agama, kelas sosial dan gender harus dilibatkan dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.

Jamannya sekarang sudah berubah sekarang ini telah terjadi perubahan yaitu disebut dengan Desa Global.  Kompleksitas masalah semakin kompleks.  Seharusnya ada sebuah komitmen tentang bangsa Indonesia.  Sehingga semua ras, agama, etnis, suku, kelas sosial merasa mempunyai tanggung kjawab yang besar terhadap peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Jangan hanya diselesaikan lewat seminar ke seminar, diskusi ke diskusi.

Baca Juga  Bamsoet Minta Pemerintah Revisi PP No. 57 Tahun 2021, Disebabkan Tidak Wajibkan Pendidikan Pancasila

Para tokoh masyarakat yang mempunyai fasilitas untuk mengakses hal tersebut harus kita ajak untuk dilibatkan dalam peningkatkan kualitas pendidikan.  Melibatkan seluruh elemen masyarakat merupakan cara yang baik.  Oleh sebab itu pendidikan di era digital ini apalagi setelah pandemic Covid-19 semua akan berubah.  Budaya akan masyarakat akan berubah, masyarakat akan mempunyai kebiasaan untuk beraktifitas di rumah.  Selain itu kita tidak tahu apa yang akan terjadi setelah Covid-19 berakhir.  Ini yang harus segera kita pikirkan dengan cara-cara kreatif.  Kita tidak mungkin menyelesaikannya dengan cara yang konvensional ataupun cara yang lama,

Sebagai contohnya, pendidikan di Indonesia saat pandemi Covid-19.  Saat  sekolah, perguruan tinggi diliburkan.  Otomatis menggunakan perkuliahan secara daring atau lewat iinternet.  Apakah sarana prasarana sudah mendukung ?  Mari kita lihat dari kajian komunikasi budaya.

Seharusnya kita mulai belajar bahwa untuk menyampaikan pesan itu ada dua yaitu lewat langsung yaitu tatap muka di kelas.  Pendidik sebagai ujung tombak penyampaian sebuah pesan kepada peserta didik.  Pesan diproduksi oleh manusia melalui proses berpikir yang didasarkan dari pengalaman dan pengetahuannya berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan.  Apakah pesan akan sesuai yang kita harapkan jika pembuat pesan itu tidak berpengalaman dan berpengetahuan ?  Seharusnya pembuat pesan  yang harus kita perbaiki dengan berbagai cara, namun kegiatan ini dengan komitmen yang tinggi bukan hanya seremonial saja.

Baca Juga  LaNyalla; Webinar Kebangkitan Nasional, Menyoal Undang-Undang dan Perilaku Koruptif

Pembelajaran secara daring ataupun secara langsung sebenarnya akan efektif jika materinya berupa video pembelajaran yang imajinatif.  Pertanyaannya sudah siapkah pembuat pesan menjadi youtuber, produser ?

Pesan yang telah dibuat akan disampaikan melalui langsung dan tidak langsung.  Secara tidak langsung melalui internet dengan whatshap, skype, zoom, google classroom, meet yang sedang dilakukan pembuat pesan untuk menyampaikan kepada penerima pesan.  Apakah jaringan internet sudah masuk seluruh Desa di Indonesia ?  Hal ini juga akan menghambat pendidikan yang berkeadilan.  Contoh sekarang ini saja akan terjadi perbedaan yang cukup besar pembelajaran daring di kota besar dengan pembelajaran di kota kecil.

Jika pembelajaran di kelas.  Apakah fasilitas pendidikan di pelosok Indonesia semua sudah sama? Apakah anggaran tiap wilayah di Indonesia sama untuk peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia ? Fasilitas Gedung, guru, fasilitas lainnya apakah sudah memenuhi standar ? Hal ini yang tidak mudah dipraktekan di lapangan karena perbedaan kebiasaan disebabkan Indonesia multikultural.  Komplek memang membicarakan pendidikan di Indonesia ?

Baca Juga  Volodymyr Zelensky dan Vladimir Putin Akan Dipertemukan di G-20 Bali, Bagaimana Sikap USA ?

Saat ini dengan kuliah daring.  Apalagi jika kita tinjau dari sisi penerima pesan dalam hal ini peserta didik ataupun mahasiswa.  Apakah mereka punya kouta yang cukup ? Apakah mereka punya perangkat elektronik untuk menerima pesan, seperti android ? Apakah ada sinyal internet ?  Bagi lembaga sekolah yang mempunyai fasilitas lengkap akan melaju dengan cepat di saat Pandemi Covid-19.  Namun dipihak lain sekolah di pinggiran akan mengalami proses yang tidak sama.  Kasus di pedalaman untuk mengajak mereka ke sekolah sulitnya luar biasa.  Apalagi sekarang ini diliburkan, maka mereka akan kembali ke pola lama.  Apakah pendidik ada waktu untuk mendatangi mereka door to door ?  Tidak mudah seperti teori.

Opini di atas sebagai gambaran pendidikan saat pandemic Covid-19.  Semoga dengan Hari Pendidikan Nasional kita akan selalu kreatif untuk tujuan mulia menjadi salah satu unsur yang terlibat dalam peningkatan kualitas pendidikan Indonesia.  Pendidikan perlu adanya komitmen bersama sehingga pesan yang disampaikan baik dari pendidik, tokoh masyarakat, tokoh agama tersampaikan dengan baik kepada peserta didik ataupun audiens sehingga akan mempunyai efect yang luar biasa bagi Bangsa Indonesia setelah Pandemi Covid-19.  (redaksi/ AHy)