Peristiwa Tragis di Pacitan: Pergulatan Kekuasaan, Serangan Pemberontak, dan Kepemimpinan Heroik Bupati Jimat

Peristiwa Tragis di Pacitan: Pergulatan Kekuasaan, Serangan Pemberontak, dan Kepemimpinan Heroik Bupati Jimat
SHARE

PACITAN DALAM SEJARAH || Pada awalnya, Residen Hendrik Mauritz MacGillavry menganggap bijaksana untuk memecat Bupati Pacitan Jogokaryo I dari jabatannya karena usianya yang sudah lanjut dan penguasaannya yang telah berlangsung lebih dari 30 tahun. Namun, kebijakan ini menimbulkan ketegangan di Pacitan, di mana penduduk sangat bergantung pada Jogokaryo I dan kerabatnya. Jogokaryo I diberikan uang pensiun sebesar 40 gulden, sementara putra sulungnya, Mas Sumodiwiryo, diangkat sebagai pengganti.

Sayangnya, masa pemerintahan Mas Sumodiwiryo tidak berlangsung lama. Pada 9 Oktober 1825, sekelompok bersenjata masuk ke kota Pacitan, membakar rumah Wormer, menghancurkan gudang kopi dan lada, serta melakukan pembantaian yang menewaskan Mas Sumodiwiryo dan beberapa kerabatnya. Pemberontak, yang dipimpin oleh Panembahan Bagor, membunuh lurah-lurah, termasuk Demang Ngemplak.

Baca Juga  Pemkab Pacitan Terima Aset Lahan CSR Perusahaan Pengembang Perumahan Puri Permata Indah

Ketika Bupati Jimat dan Wormer sedang dalam inspeksi ke pedalamaan, Pacitan diserang. Bupati Jimat, setelah mendengar berita tersebut, kembali ke kota dengan cepat, mengumpulkan pasukan bersenjata, dan berhasil memukul mundur kelompok pemberontak yang melarikan diri. Dalam pertempuran ini, pemimpin pemberontak yang mengaku sebagai Dipoatmojo, putra Pangeran Diponegoro, berhasil dibunuh.

Meskipun ada klaim bahwa Pangeran Dipoatmojo masih hidup, faktanya, Pangeran Dipoatmojo hidup setelah perang Diponegoro dan diasingkan ke Ambon pada April 1840. Bupati Jimat berhasil menumpas pemberontakan, memulihkan ketertiban di Pacitan, dan menjadi pahlawan setempat.

Sebagai pengganti Mas Sumodiwiryo, Bupati Jimat menunjuk saudara Sang Bupati, Karyodipuro, yang memimpin Pacitan dari tahun 1826 hingga 1850. Sebelum tahun 1830, Pacitan memiliki beberapa daerah enklave milik Surakarta dan Yogyakarta, dan di bawah kepemimpinan Karyodipuro, Pacitan mengalami perubahan signifikan. Meskipun tidak lagi di bawah administrasi langsung pemerintah kolonial, kekuatan inspektur perkebunan tetap memiliki pengaruh besar di Pacitan selama periode perang.

Baca Juga  Sambut HUT Ke-4 Kodam XVIII/Kasuari gelar Acara "Pelestarian Seni Budaya dan Kuliner Papua Barat"

Sumber: Antara Lawu dan Wilis